Mungkin masih banyak yang belum tahu kalau Gedung Sate Bandung punya fungsi lain selain digunakan untuk pusat pemerintahan Jawa Barat. Gedung yang sarat akan sejarah Kota Bandung ini menyediakan satu ruang bertajuk Museum Gedung Sate sebagai sarana wisata edukasi. Tentunya museum ini enggak biasa, segala fasilitas yang ditampilkan didukung teknologi dan kreatifitas yang luar biasa.
Kita bahas sedikit tentang museum gedung sate ini kuy.

Area memasuki Museum Gedung Sate, rindang!
Museum Gedung Sate ini berisi tentang awal sejarah Kota Bandung sampai sejarah berdirinya Gedung Sate ini. Selain itu museum ini banyak berbicara tentang ke-arsitekturannya. Material apa yang digunakan, menggunakan unsur-unsur bangunan apa, dan sebagainya. Mulai dari tulisan sampai sajian audio visual ada disini. Kalian bisa nonton sajian film pendek di area Ruang Audio Visualnya yang akan memutarkan film sekitar 15 menit sekali, akan ada pemberitahuan dari petugasnya. Selain itu teknologi-teknologi lain seperti panel monitor interaktif, ruang augmented reality yaitu satu ruangan yang seakan-akan kita terlibat dalam pembangunan gedung ini, serta fasilitas balon udaranya. Di area Balon udara virtual reality ini kita dibuat seakan-akan sedang naik balon udara dan melayang diatas daerah Gedung Sate. Memasuki area ini cuma bayar 5000 rupiah aja beserta setor salah satu KTP pengunjung untuk pendataan.
Tentunya dengan fasilitas edukatif seperti ini sangat kid-friendly dan tentunya worth the pay!
Nah, setelah puas belajar dan bersenenang-senang di Museum Gedung Sate sembari menikmati kemegahan arsitektur londo-nya, mari berjalan sedikit ke arah belakang museum tepatnya di depan area Magister Ekonomi Universitas Padjajaran. Ada satu kuliner ciamik yang sampe sekarang masih saya rindu rasanya 🙁

Sate Ayam, Sate Jando, Sate Sapi
Sebenernya nama tempat ini adalah Sate Bu Sri dan udah berjualan sejak 1970-an katanya dengan cara keliling. Lalu seiring berjalannya waktu, orang Bandung lebih sering menyebutnya “sate jando” karena menu khas disini adalah sate gajih susu atau biasa disebut dengan jando.
Sekarang tempatnya sudah tetap, pas di pinggir jalan dan di bawah pohon rindang. Ada tiga pilihan sate yang bisa kalian pilih yaitu sate sapi, ayam, and the guest star : sate jando. Bisa juga campur ketiganya dalam satu porsi. Saya yang enggak doyan daging apalagi gajih jadi pesen sate ayam plus jando dengan skala 7 : 3, lalu menyesal dong ternyata gajih ini enak banget. Lumer dan pecah di mulut gaes :(((

Yum!
Harga seporsinya 25.000 rupiah sudah plus lontong, kalau ga pake lontong jadinya 22.000 rupiah. Kata Bu Sri selaku pemilik yang ternyata orang Klaten ini, sate jando ini bukan makanan khas Bandung tapi karena sudah cukup lama eksis ya bisa tergolong kuliner legendaris lah ya. Memang kedai ini ga jual minuman, tapi kanan kirinya pada inisiatif buat jual minuman botolan maupun es-es an lainnya sehingga gausah kuatir seret.
Sejak pertemuan pertama sama si sate jando ini, langsung beli dan beli lagi buat makan siang, lumernya keterlaluan!
Kalau mau gak ngantri datang aja pagi-pagi sekitar jam 9-10 pagi, karena di jam makan siang bakal membludak. Proses pembuatannya sih enggak lama karena sate udah dibakar duluan, tapi tempatnya yang terbatas itu yang ga bisa di akalin. Terkadang bisa sampai ngemper-ngemper manjah. Tapi jangan kesiangan juga karena sekitar jam dua siang udah tutup nih. Selamat mencoba kelumeranya yang gak masuk akal!