Hari-hari yang ceraaah di Semarang, aseli, panasnya tank-tank. Jam tujuh pagi masih seger, selang setengah jam kemudian sumuknya kayak jam 11 di Malang. Ahaa! Cuaca di Semarang emang senin-kemis, bahkan ada satu hari saya kedapetan hujan badainya Semarang sampai banjir dan sungai berair hitam meluap kejalanan. Uwu, bauknya bukan maen hyung. Seketika compang-camping. Tapi memang Semarang sedari dulu sudah terkenal akan banjirnya~
Jelas, jelas. Main ke Semarang ya jelas ke Lawang Sewu dong, yang lebih dikenal sama horornya dan ruang bawah tanahnya lewat program-program horror di televisi. Coba, mari kita liat sisi lain Semarang. Mereka punya apa aja sih?
Wisata Kota yang Mudah Dijangkau
Seperti halnya postingan saya yang ini, Semarang masih menjaga cagar budayanya lewat bangunan-bangunan Belanda yang masih berdiri kokoh hingga kini. Letaknya di pusat kota dan juga deket sama Stasiun Semarang Tawang. Akses kemana-mana juga mudah pakai trans ataupun ojek online. Selain Kota Lama, singgah ke Klenteng Sam Poo Kong yang juga udah ga asing bagi wisatawan. Kalo dari pusat kota sih sekitar tujuh kilometeran. Berikut penampakannya :
Setelah dari Sam Poo Kong, ga afdol ke Semarang kalo gak ke Lawang Sewu kan? Nyore di Lawang Sewu asyik sih sembari mendengarkan live keroncong by musisi sekitar. Dengan tiket 10ribu rupiah kita bisa keliling bekas pusat kereta api pada masanya ini. Sampe sekarang pun saya masih kagum sama Lawang Sewu, bagi saya pribadi megah dan tersurat. Dulu waktu kesini cuma bisa intip dari luar karena masih dipugar, tahun 2014 mungkin? Lupa. Sekarang uda bisa masuk-masuk ke penjuru ruangannya. Tapi, saya kalo diajak ke Lawang Sewu lagi gak akan nolak sih.
Telisik Histori di Ambarawa

Cukup seram yaa~
Kalo ada waktu yang berlebih, coba deh pergi ke Gunung Telomoyo seperti di postingan saya yang ini. Sepulangnya dari Telomoyo, bisa banget mampir ke daerah Ambarawa yang masih satu arah menuju Kota Semarang. Di Ambarawa sendiri ada benteng Willem I yang perawatan dan kondisinya cukup menyedihkan huhu. Entah, dibiarkan otentik seperti itu atau ditelantarkan. Di area lantai duanya banyak bilik-bilik yang sepertinya ada penghuni liarnya. Waktu kesana cukup bikin begidik sih karena minim manusia dan pengawasan. Tetep ada tiket masuk kok sejumlah 5000 rupiah perkepala. Kalo kesana, better rame-rame ya~Enggak lama menghabiskan waktu disini karena gerimiy mulai turun.
Lalu, lanjut aja ke Museum Kereta Api yang cuma berjarak lima menit dari Benteng, menyenangkan sekali. Banyak badan kereta api dari tahun ke tahun berjejer di dalam museum, serta berbagai penjelasan dan sejarahnya. Dulunya lokasi ini Stasiun Willem I yang melayani rute area Ambarawa, Tuntang, Bedono. Sayangnya waktu itu hujan deres jadi gabisa puas berkeliling area badan kereta apinya. Kantor beserta interior lawas, bekas tempat pembelian loket, dan model stasiun ala Belanda bisa kita nikmati di Museum Kereta Api Ambarawa ini. Tiket masuk Museum Kereta Api Ambarawa cuma 10 rebo saja, fasilitas mumpuni dan sangat terawat juga edukatif. Cocok buat wisata keluarga nui~
Kulineran Sampai Puwas!
Sebenernya saya ga berekspektasi bakalan kulineran yang kayak gimana, ternyata kuliner Semarang eduuuuunnnnn! Warbiyasah. Monangis, enak-enak banget. Buat postingan kuliner bakal Wawa rangkum di postingan selanjutnya ya.
See ya!